Mengakomodir dan Mempermudah Pelaksanaan Umrah 2019
Lion Air Melayani Penerbangan dari 11 Kota Indonesia Tujuan Arab
Saudi (Jeddah dan Madinah)
Penerbangan Perdana Airbus
330-900NEO dan Menargetkan Tingkat Ketepatan Waktu Lebih dari 85%.
Sinarkepri.co.id.SURAKARTA – 29 September 2019. Lion Air (kode penerbangan JT) member of Lion Air Group telah
memulai layanan penerbangan umrah 1441 Hijriah dari Indonesia ke Madinah –
Bandar Udara Internasional Pangeran Mohammad bin Abdul Aziz, Arab Saudi (MED)
dan Jeddah – Bandar Udara Internasional King Abdul Aziz, Arab Saudi (JED). Pelaksanaan
umrah tahun ini sebagai bentuk kesungguhan Lion Air dalam mengakomodir dan
memfasilitasi kebutuhan perjalanan ibadah. Lion Air berharap senantiasa mampu
melayani jamaah dengan pelayanan terbaik. Bersama mitra perjalanan (tour and
travel) Lion Air bisa mewujudkan mimpi beribadah ke tanah suci dengan
menawarkan harga terjangkau, dengan demikian membantu masyarakat bisa pergi
umrah.
Lion Air mengucapkan terima kasih atas
koordinasi dan dukungan dari regulator, pengelola bandar udara, pengatur lalu lintas
udara, mitra, pihak terkait, kru pesawat, dan seluruh karyawan, semoga
penyelenggaraan umrah berjalan lancar. Lion Air mengapresiasi bentuk kerjasama,
sehingga sinergitas ini diharapkan memberikan nilai lebih kepada jamaah umrah
dalam mempermudah akses menuju kota tujuan. Dalam operasional setiap penerbangan, Lion Air
selalu patuh dan menerapkan budaya keselamatan (safety culture).
Keseriusan inilah yang menegaskan Lion Air mengutamakan aspek keselamatan dan
keamanan penerbangan (safety first).
Untuk
penerbangan umrah, Lion Air melayani dari 11 kota, sebagai berikut:
1. Medan – Bandar Udara Internasional Kualanamu, Deli Serdang,
Sumatera Utara (KNO).
2. Padang – Bandar Udara Internasional Minangkabau, Padang
Pariaman, Sumatera Barat (PDG).
3. Pekanbaru – Bandar Udara Internasional Sultan Syarif Kasim
II, Riau (PKU).
4. Batam – Bandar Udara Internasional Hang Nadim, Batu Besar,
Kepulauan Riau (BTH).
5. Palembang – Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud
Badaruddin II, Sumatera Selatan (PLM).
6. Jakarta – Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta,
Tangerang, Banten (CGK).
7. Solo – Bandar Udara Internasional Adi Sumarmo, Boyolali,
Jawa Tengah (SOC).
8. Surabaya – Bandar Udara Internasional Juanda, Sidoarjo, Jawa
Timur (SUB).
9. Balikpapan – Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad
Sulaiman Sepinggan, Kalimantan Timur (BPN).
10. Banjarmasin
– Bandar Udara Internasional Syamduddin Noor, Banjarbaru, Kalimantan Selatan
(BDJ).
11. Makassar
– Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin, Maros, Sulawesi, Selatan (UPG).
Lion Air mengoperasikan tiga Airbus
330-300 (440 kursi) dan dua Airbus 330-900NEO (433 kursi). Rata-rata pesawat
berusia muda. Seluruh pesawat telah menjalani perawatan intensif, dalam kondisi
terbaik dan laik terbang (airworthy for flight). Penerbangan umrah 2019 ditandai pengoperasian
Airbus 330-900NEO, sebagai pesawat terbaru berbadan lebar (wide body) dan
operator pertama di Asia Pasifik yang menggunakan armada ini. Pengoperasian Airbus 330-900NEO menjadi bagian
dari langkah strategis Lion Air guna memperkuat pengembangan bisnis penerbangan
jarak jauh (long haul) yang memerlukan waktu tempuh lebih dari 13
perjalanan tanpa henti (nonstop).
A330-900NEO bertata letak lorong ganda (double
aisle) berkapasitas 433 kursi penumpang yang nyaman, menyediakan kabin
paling senyap di kelasnya, menambah fitur utama dari kabin airspace,
desain baru kompartemen bagasi kabin (overhead bin) yang memungkinkan lebih
mudah mengatur dan menyimpan barang bawaan di kabin. Pesawat ini memiliki keunggulan dalam upaya
meningkatkan kinerja operasional, telah dibekali perangkat modern serta tingkat
keandalan sehingga memberikan nilai lebih bagi maskapai dan penumpang. Di
antaranya, menurunkan biaya operasi didukung teknologi generasi baru A350 XWB
terlihat dari lekukan ujung sayap (sharklets) rentang hingga 64 meter,
25% lebih efisien rasio penggunaan bahan bakar perkursi, aerodinamis, mesin
generasi terbaru, sistem baru – teknologi kokpit WI-FI Tablet FB – layar
head-up ganda dalam pencegahan runway overrun serta common
type rating (lisensi pilot yang sama).
Inagurasi pertama Airbus 330-900NEO
dari Solo melalui Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo di Boyolali, Jawa
Tengah (SOC) menggunakan nomor terbang JT-118, pesawat lepas landas pada 08.30
WIB (Waktu Indonesia Barat, GMT+ 07) dan dijadwalkan tiba di Bandar Udara
Internasional Pangeran Mohammad bin Abdul Aziz, Arab Saudi (MED) pukul 15.00
waktu setempat Arabia Standard Time (AST), GMT +3. Sejalan komitmen Lion Air untuk mempertahankan
operasional konsisten pada angka terbaik terhadap mutu layanan dan tingkat
ketepatan waktu penerbangan, antara lain pengaturan pergerakan jamaah dan
pesawat, koordinasi intensif bersama pihak terkait guna memastikan kelancaran
setiap hari, mengaplikasikan standar prosedur pengoperasian pesawat udara
menurut aturan dan petunjuk dari pabrik pembuat pesawat, termasuk pemeliharaan
pesawat, pengecekan komponen pesawat, pelatihan awak pesawat serta hal lainnya.
Lion Air memenuhi dan menjalankan
ketentuan operasional menurut masing-masing negara serta aturan internasional.
Penerbangan tujuan Jeddah dan Madinah ini terlaksana setelah Lion Air memenuhi
semua kualifikasi dan persyaratan dari Kementerian Perhubungan Republik
Indonesia dan otoritas penerbangan sipil Arab Saudi atau General Authority of
Civil Aviation (GACA) termasuk audit keselamatan dan keamanan. Layanan umrah 2019, Lion Air menargetkan
tingkat kinerja ketepatan waktu (on time performance/ OTP) lebih dari
85%. Keseriusan ini seiring bentuk memberikan layanan terbaik kepada jamaah
umrah berdasarkan sistem terstruktur dan komprehensif antara perawatan pesawat,
operasional di bandar udara serta keputusan cepat dan tepat guna meminimalisir
dampak keterlambatan penerbangan.
Dalam kaitan perjalanan udara sesuai
aspek keselamatan, Lion Air telah menghimbau kepada seluruh jamaah antara lain
agar tidak membawa barang berbahaya (dangerous goods) ke pesawat, tidak
menerima titipan barang dalam bentuk apapun dari orang lain ke dalam pesawat,
barang elektronik harus dilepas dari baterainya serta pengisi daya mandiri atau
baterai portabel (powerbank) sesuai kriteria dari segi kapasitas yang
boleh dibawa ke dalam kabin dan tidak diperbolehkan untuk digunakan selama
penerbangan.(danang mandala prihantoro/arifrin)